Ole Gunnar Solskjaer Dan Kisahnya Sebagai Pemain Sayap




Setanmerah.net - Selain posisi bek tengah, satu posisi yang belum bisa diisi oleh pemain berkualitas di Manchester United adalah wing kanan atau penyerang kanan jika mereka menggunakan formasi 4-3-3. Sejak Antonio Valencia dan Ashley Young mengalami perpindahan posisi, belum ada lagi pemain yang bisa bermain maksimal di posisi tersebut. Menimang Kelayakan Ryan Giggs Manajer Manchester United

Dalam beberapa musim terakhir, tidak ada sosok yang secara permanen bisa bermain pada posisi tersebut. Juan Mata, Jesse Lingard, Alexis Sanchez, Marcus Rashford, dan Anthony Martial, kerap bergantian mengisi posisi tersebut. Terkadang, posisi ini kerap dimainkan oleh Juan Mata yang kemudian akan bertukar posisi dengan Paul Pogba saat pertandingan berlangsung.

Saat ini, sepakbola sudah mengalami evolusi dari segi taktik. Tidak terkecuali peran pemain di sektor sayap. Kita tidak lagi mengenal pemain sayap yang tugasnya hanya mengirim umpan-umpan ke pemain depan yang berada di kotak penalti. Sudah muncul istilah baru seperti inverted winger, pemain sayap yang ditempatkan di sisi lapangan yang berlawanan dengan kaki terkuatnya. Ada juga defensive winger, pemain yang ditempatkan di sisi sayap tapi tugasnya lebih banyak membantu pertahanan. Peran ini sempat diisi oleh Park Ji Sung saat United meraih titel liga ke-19 pada 2011 lalu.

Akan tetapi, para pemain sayap Setan Merah saat ini nampak lebih senang bermain di sisi sebelah kiri. Tidak jarang, serangan United lebih berat di satu sisi karena kesulitan memiliki pemain berkualitas di sisi lainnya. Hal ini yang membuat Mourinho musim lalu menginginkan sosok Willian yang bisa bermain di sisi kanan dan kiri dengan sama baiknya.

Musim ini, Pemain-pemain seperti Rashford, Martial, Pogba, hingga Romelu Lukaku kembali menemukan kepercayaan diri di depan gawang lawan. Semua ada andil dari pria Norwegia tersebut yang sering ikut berlatih bersama para pemain depan saat sesi latihan berlangsung. Masuknya Ole Gunnar Solskjaer langsung membawa perkembangan yang cukup signifikan di lini depan.

Setelah berhasil di lini depan, ada baiknya Ole mulai memfokuskan metode latihan mereka untuk memperbaiki serangan United di sisi kanan. Bukan tanpa alasan mengapa United harus melakukan itu. Selain karena ada pemain-pemain bertalenta yang sebenarnya berpotensi untuk posisi tersebut, hal ini tidak lain karena latar belakang sang manajer yang pernah bermain di posisi tersebut.

Saat itu Manchester United bermain melawan Arsenal di stadion Highbury pada April 2003. Pertandingan tersebut sangat menentukan bagi kedua kesebelasan yang sedang bersaing untuk memperebutkan gelar juara. Sempat unggul melalui Ruud Van Nistelrooy, mereka justru tertinggal 1-2 berkat dua gol Thierry Henry.

Pada menit ke-63, United mendapat gol penyama kedudukan. Ryan Giggs menanduk bola yang tidak bisa dijangkau kiper Stuart Taylor. Tidak ada yang spesial dari gol tersebut, sampai kita melihat kalau yang memberikan asis tersebut adalah Ole Gunnar Solskjaer. “Siapa pemain yang bisa mengirim bola seperti Beckham?” kata Andy Gray, komentator pertandingan tersebut.

Musim 2002/2003 merupakan puncak dari memburuknya hubungan Alex Ferguson dengan David Beckham. Diawali dari insiden sepatu terbang, yang membuat pelipis Beckham terluka, si nomor 7 kemudian mulai jarang untuk mengisisi posisi andalannya sebagai gelandang kanan dalam formasi 4-4-2. Saat United mengalahkan Liverpool 4-0, dan menahan Arsenal 2-2, Becks diparkir di bangku cadangan oleh Ferguson.

Fergie yang dikenal dengan formasi 4-4-2 mulai mengubah taktiknya demi mengakomodasi kehilangan Beckham. Ia tetap memainkan formasi 4-4-2, namun ketika pertandingan berlangsung, taktik itu berubah menjadi 4-2-3-1 dengan Ole Gunnar Solskjaer mengisi posisi Beckham. Giggs bermain di kiri, dan Paul Scholes bertindak sebagai pemain nomor 10.

Tidak ada yang menyangka kalau Ole mampu mengisi posisi tersebut dengan baik. Saat mereka mengalahkan Newcastle United 6-2, ia menyumbang satu asis untuk gol Paul Scholes. Empat hari kemudian, umpan silangnya diteruskan Giggs untuk membawa satu poin dari London Utara.

Ferguson sebenarnya sudah memainkan Solskjaer sebagai winger kanan ketika Beckham mengalami cedera pada November 2002. Sebenarnya, ia masih punya Luke Chadwick yang bisa mengisi posisi tersebut. Akan tetapi, Fergie tidak yakin untuk memainkan Luke sehingga ia memilih memainnkan Ole.

“Ole beradaptasi dengan baik di posisi tersebut karena dia adalah pemain yang bisa membaca permainan dengan sangat baik. Ole adalah pemain paling cerdas yang pernah saya punya. Dia seperti pelajar yang membaca permainan dan mengukur permainannya dengan sangat baik. Berbicara soal membaca permainan, dia nampaknya bisa menjadi pelatih hebat,” kata Sir Alex Ferguson.

Apiknya permainan Solskjaer membuat ia dimainkan ketika United melawan Real Madrid pada leg kedua fase gugur Liga Champions yang menentukan. Beckham kemudian masuk pada babak kedua dan menjadi inspirator kemenangan United 4-3. Kemenangan yang tidak berarti apapun karena United kalah agregat 6-5.

“Saya bisa mengerti kenapa dia (Ole) yang dimainkan oleh Ferguson. Aku melihat dia bermain, dan saya merasa kalau Ferguson tidak akan mudah untuk meninggalkan Ole,” kata Beckham dalam bukunya, My Side pada 2003. Becks sempat kembali mengisi posisi tersebut dalam beberapa pertandingan. Namun, ketika United menghadapi tim kuat maka Ole yang dipilih ketimbang Beckham.

Beberapa musim berikutnya, Ole lebih banyak dimainkan di sisi sayap ketimbang lini depan. Ia kembali memberikan asis ketika mereka menahan imbang Arsenal 1-1. Tiga tahun berikutnya, umpan silangnya dimanfaatkan dengan baik oleh Rooney untuk mencuri gol tandang dari kandang As Roma. Cedera yang ia dapat di laga Community Shield menghadapi Chelsea kemudian mengakhiri kariernya sekaligus mengakhiri kariernya sebagai pemain sayap.

Belum ada Komentar untuk "Ole Gunnar Solskjaer Dan Kisahnya Sebagai Pemain Sayap"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel